Kelompok 5 :
Hana Najwa Paramitha (2224220079)
Istiqomah Nur Azizah (2224220080)
Nur Azizah Haffaf Nugroho (2224220081)
Siska Agustin Dewi (2224220082)
JURNAL PERTAMA
Judul Jurnal : Keanekaragaman Plankton Dan Tingkat Produktivitas Primer Antara Dua Musim Di Perairan Kabupaten Bantul
Nama Author : Melinda Nurmalitasari dan Sudarsono
Tahun Terbit : 2023
Review Jurnal :
Jurnal ini membahas tentang perubahan musiman dan kualitas perairan di perairan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan dalam keanekaragaman plankton dan tingkat produktivitas primer antara awal musim kemarau dan awal musim hujan di perairan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kondisi lingkungan. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan lapangan, pengukuran parameter lingkungan, dan kegiatan laboratorium. Perhitungan indeks ekologi plankton meliputi indeks dominansi (D) dan keanekaragaman (H’), serta konsentrasi klorofil-A menggunakan rumus Vollenweider. Hasil komposisi dan kelimpahan plankton pada awal musim hujan dan kemarau di Perairan Kabupaten Bantul juga disajikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam keanekaragaman plankton dan tingkat produktivitas primer antara awal musim kemarau dan awal musim hujan di perairan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditemukan bahwa indeks keanekaragaman tertinggi terjadi pada awal musim kemarau. Sementara itu, tingkat produktivitas primer tertinggi terjadi pada awal musim hujan. Grafik indeks keanekaragaman plankton menunjukkan bahwa pada awal musim kemarau, indeks keanekaragaman lebih tinggi daripada pada awal musim hujan, namun keduanya termasuk dalam kategori indeks keanekaragaman sedang.
Tingkat produktivitas primer perairan Kabupaten Bantul pada awal musim hujan lebih tinggi daripada pada awal musim kemarau. Ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya matahari di perairan juga berpengaruh terhadap produktivitas primer dan keanekaragaman plankton. Selain itu, kedua musim menunjukkan tingkat produktivitas primer yang termasuk dalam golongan mesotrofik. Hal ini menunjukkan bahwa perairan di Kabupatem Bantul memiliki tingkat kesuburan yang moderat. Tingkat produktivitas primer yang tinggi pada awal musim hujan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, intensitas cahaya matahari yang lebih sering dan lebih lama pada awal musim hujan dapat meningkatkan laju fotosintesis fitoplankton, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas primer perairan. Selain itu, kandungan nutrien yang tinggi pada awal musim hujan juga dapat mendukung pertumbuhan plankton, karena nutrien tersebut merupakan sumber energi dan nutrisi bagi fitoplankton. Ketersediaan materi organik yang masuk terbawa oleh air hujan juga dapat mempengaruhi kelimpahan plankton pada awal musim hujan.
Faktor fisika perairan seperti suhu air, kedalaman air, dan kekeruhan air juga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas primer. Pada awal musim hujan, kondisi fisika perairan yang mendukung, seperti suhu air yang lebih rendah dan kekeruhan air yang lebih rendah, juga dapat berkontribusi pada peningkatan produktivitas primer. Dengan demikian, tingkat produktivitas primer yang tinggi pada awal musim hujan dapat disebabkan oleh kombinasi dari intensitas cahaya matahari yang lebih sering dan lebih lama, ketersediaan nutrien yang baik, dan kondisi fisika perairan yang mendukung.
Rendahnya indeks keanekaragaman plankton pada awal musim hujan diduga disebabkan oleh adanya bahan organik seperti seresah dedaunan maupun bahan lainnya yang masuk ke dalam perairan Kabupaten Bantul karena terbawa oleh arus air hujan, sehingga menyebabkan perubahan pada kualitas perairan Kabupaten Bantul dan menyebabkan organisme di dalamnya perlu melakukan adaptasi. Berdasarkan hasil penelitian, intensitas curah hujan yang tinggi pada awal musim hujan berpengaruh pada penetrasi cahaya, salinitas, dan suhu yang rendah pada perairan. Hal ini dapat mempengaruhi keanekaragaman plankton dan tingkat produktivitas primer. Selain itu, rendahnya indeks keanekaragaman plankton pada awal musim hujan diduga disebabkan oleh adanya bahan organik seperti seresah dedaunan maupun bahan lainnya yang masuk ke dalam perairan Kabupaten Bantul karena terbawa oleh arus air hujan, sehingga menyebabkan perubahan pada kualitas perairan Kabupaten Bantul dan menyebabkan organisme di dalamnya perlu melakukan adaptasi. Dari hasil pengukuran kadar BOD dan COD, terlihat bahwa perairan Kabupaten Bantul pada awal musim hujan tergolong baik dan tidak tercemar, serta telah memenuhi Standar Baku Mutu Air yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui pada awal musim hujan, terdapat 2 kelompok yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pada awal musim hujan terdapat total kelas plankton sebanyak 12 kelas, dengan perbandingan fitoplankton sebanyak 6 kelas dan zooplankton sebanyak 6 kelas. Pada kedua kelompok plankton tersebut menjadikan total jenis plankton sebanyak 73 jenis, dengan perbandingan fitoplankton sebanyak 54 jenis dan zooplankton sebanyak 19 jenis. Sedangkan pada awal musim kemarau terdapat total kelas plankton sebanyak 16 kelas, dengan perbandingan fitoplankton sebanyak 10 kelas dan zooplankton sebanyak 6 kelas. Pada kedua kelompok plankton tersebut menjadikan total jenis plankton sebanyak 70 jenis, dengan perbandingan fitoplankton sebanyak 50 jenis dan zooplankton sebanyak 20 jenis. Dari pengelompokkan plankton ini kita dapat mengetahui tingkat kesuburan perairan di Kabupaten Bantul dan dapat dijadikan bioindikator perairan dalam hal tinggi atau rendahnya kandungan nutrient di perairan tersebut. Kelimpahan plankton pada awal musim hujan menunjukkan kelimpahan fitoplankton sebesar 516.469,6474 individu/Liter dan kelimpahan zooplankton sebesar 214.622,3564 individu/Liter. Sedangkan pada awal musim kemarau menunjukkan kelimpahan fitoplankton sebesar 98.421,635 individu/Liter dan kelimpahan zooplankton sebesar 51.811,256 individu/Liter. Sehingga dapat diketahui bahwa dari kedua musim menunjukkan hasil yang sama yaitu termasuk ke dalam kategori eutrofik (kelimpahan plankton > 15.000 individu/Liter) serta dapat dikatakan bahwa perairan Kabupaten Bantul termasuk ke dalam kategori sangat subur.
Pada awal musim hujan menunjukkan hasil total indeks keanekaragaman sebesar 2,69744475 dengan perbandingan jenis fitoplankton sebesar 1,76692914 dan zooplankton sebesar 0,90351837. Sedangkan pada awal musim kemarau menunjukkan hasil total indeks keanekaragaman sebesar 2,998747561 dengan perbandingan jenis fitoplankton sebesar 1,921189537 dan zooplankton sebesar 1,077558024. Sehingga dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman plankton pada awal musim kemarau lebih tinggi daripada awal musim hujan. Selain itu, total indeks keanekaragaman pada kedua musim termasuk ke dalam kategori indeks keanekaragaman sedang (1 < H’ < 3) dan dapat disimpulkan bahwa struktur komunitas di Kabupaten Bantul tergolong sedang dan masih terdapatkeseimbangan antara kondisi kualitas perairan dengan keanekaragaman plankton. Namun, jika ditinjau dari nilai indeks keanekaragaman plankton pada awal musim hujan maupun awal musim kemarau menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dan keduanya termasuk kedalam golongan indeks keanekaragaman sedang. Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada awal musim hujan maupun awal musim kemarau tersebut, hal ini dapat disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu adanya spesies dengan jumlah yang banyak pada suatu komunitas atau dapat disebabkan oleh kelimpahan dari spesies pada suatu komunitas. Indeks keanekaragaman plankton pada suatu perairan dapat mencakup dua hal pokok yaitu banyaknya spesies atau individu yang ada pada suatu komunitas dan kelimpahan dari masing-masing spesies atau individu tersebut.
Indeks keanekaragaman plankton yang tinggi pada awal musim kemarau dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peningkatan ketersediaan nutrien di perairan pada musim kemarau. Pada musim kemarau, terjadi penurunan curah hujan yang menyebabkan konsentrasi nutrien seperti nitrogen dan fosfor di perairan menjadi lebih tinggi. Kondisi ini mendukung pertumbuhan plankton, sehingga meningkatkan keanekaragaman plankton di perairan pada musim kemarau. Selain itu, pada musim kemarau, cahaya matahari lebih banyak dan lebih konsisten dibandingkan dengan musim hujan. Ketersediaan cahaya matahari yang cukup akan mendukung proses fotosintesis fitoplankton, yang pada gilirannya akan meningkatkan keanekaragaman plankton di perairan. Faktor lain yang dapat menyebabkan indeks keanekaragaman plankton tinggi pada awal musim kemarau adalah kondisi lingkungan perairan yang lebih stabil. Pada musim kemarau, suhu air cenderung lebih stabil dan tidak terlalu fluktuatif dibandingkan dengan musim hujan. Kondisi lingkungan yang stabil ini dapat mendukung pertumbuhan dan keberagaman plankton di perairan. Dengan demikian, peningkatan ketersediaan nutrien, cahaya matahari yang cukup, dan kondisi lingkungan yang stabil merupakan faktor-faktor utama yang dapat menyebabkan indeks keanekaragaman plankton tinggi pada awal musim kemarau di perairan Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Keanekaragaman Plankton dan Tingkat Produktivitas Primer antara Dua Musim di Perairan Kabupaten Bantul”, dapat disimpulkan bahwa indeks keanekaragaman plankton pada kedua musim, yaitu awal musim hujan dan awal musim kemarau, termasuk ke dalam kategori indeks keanekaragaman sedang (1 < H’ < 3). Hal ini mengindikasikan bahwa struktur komunitas di perairan Kabupaten Bantul tergolong sedang dan masih terdapat keseimbangan antara kondisi kualitas perairan dengan keanekaragaman plankton. Selain itu, tingkat produktivitas primer pada kedua musim juga termasuk ke dalam golongan mesotrofik atau perairan dengan tingkat kesuburan sedang, karena nilai produktivitas pada kedua musim berada pada kisaran nilai 50 – 150 g cm3/tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur komunitas plankton di perairan Kabupaten Bantul tergolong sedang, dan terdapat keseimbangan antara kondisi kualitas perairan dengan keanekaragaman plankton. Selain itu, perairan tersebut juga memiliki tingkat produktivitas primer yang masuk dalam kategori mesotrofik atau sedang.
JURNAL KEDUA
Judul Jurnal : Sebaran Produktivitas Primer Perairan di Teluk Hurun Lampung
Nama Author : Mulkan Nuzapril dan Budhi Agung Prasetyo
Tahun Terbit : 2023
Review Jurnal :
Jurnal ini meneliti distribusi produktivitas primer perairan di Teluk Hurun, Lampung, dengan fokus pada pengukuran produktivitas primer perairan dan analisis potensinya untuk aktivitas perikanan. Kualitas perairan yang baik di Teluk Hurun sangat penting untuk menentukan kesuburan perairan dan berhubungan dengan organisme hidup yang berada di dalamnya. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh produsen primer di perairan memiliki keterkaitan yang erat dengan struktur dan fungsi ekosistem perairan. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang produktivitas primer perairan di Teluk Hurun sangat penting untuk mengelola sumber daya perikanan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas primer perairan di Teluk Hurun, Lampung, dan menganalisis potensinya untuk aktivitas perikanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran produktivitas primer menggunakan prinsip kerja mengukur perubahan kandungan oksigen terlarut di dalam botol terang dan botol awal.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan data primer secara in-situ di perairan Teluk Hurun, Lampung. Pengukuran produktivitas primer dilakukan pada bulan Agustus 2019 di sekitar area pesisir Teluk Hurun, Lampung, dengan pengambilan sampel sebanyak 15 titik. Metode pengukuran produktivitas primer menggunakan prinsip kerja mengukur perubahan kandungan oksigen terlarut di dalam botol terang dan botol awal yang sudah terisi sampel air. Proses inkubasi dilakukan di dalam perairan yang mendapatkan sinar matahari. Selanjutnya, analisis spasial dilakukan dengan metode interpolasi kriging pada perangkat lunak ArcGIS untuk menunjukkan pola sebaran nilai produktivitas primer perairan. Metode kriging merupakan perhitungan berdasarkan sampel data dan cakupan wilayah yang dihitung menggunakan perhitungan komputer. Metode interpolasi menggunakan metode kriging menghasilkan kisaran data yang mendekati kisaran dari sampel data yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas primer perairan di Teluk Hurun berkisar antara 46.02 – 201.14 mg C/m3/jam, dengan rata-rata produktivitas primer perairan sebesar 113.64 mg C/m3/jam. Distribusi produktivitas primer menunjukkan nilai yang tinggi di sekitar keramba jaring apung dan pesisir yang dekat dengan sungai, sementara produktivitas primer di dekat pantai Sari Ringgung cenderung rendah karena lebih banyak untuk aktivitas pariwisata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer perairan termasuk konsentrasi klorofil-a, aktivitas budidaya, pariwisata, dan antropogenik. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas primer perairan meliputi ketersediaan oksigen dan biomassa tumbuhan yang mendukung perkembangan ekosistem perairan. Produksi primer yang dihasilkan tumbuhan laut lebih banyak pada area pesisir atau yang berdekatan dengan daratan karena perairan laut lepas cenderung sedikit menerima pasokan unsur hara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Teluk Hurun memiliki potensi tinggi untuk aktivitas perikanan seperti penangkapan ikan dan budidaya ikan berdasarkan tingkat produktivitas primer yang tinggi. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang distribusi produktivitas primer perairan di wilayah tersebut dan dapat menjadi dasar untuk pengelolaan sumber daya perikanan di Teluk Hurun, Lampung.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kami kelompok 2 kelas 3C, dengan anggota:
1. Winda Widiyastuti
2. Tsaniya Silmi
3. Mulyana Nurdin
4. Siti Kholisoh
Izin menanggapi,
menurut kelompok kami, berdasarkan review jurnal yang kelompok 5 lakukan, hasil review jurnal kelompok 5 seperti menuliskan kembali apa yang ada di dalam jurnal, sehingga inti sari dari isi jurnal tersebut sukar untuk dipahami. Dan, penulisan review yang kurang sistematis.
Selain itu, berdasarkan sumber yang kelompok kami baca, review jurnal itu meliputi mengidentifikasi dan meringkas kelemahan dan kekuatan artikel yang sudah di terbitkan dalam jurnal. Namun, pada hasil review jurnal, kelompok 5 tidak menyajikan hal-hal tersebut.