Nama : Regiana Utami
Kelas : 3C
NIM : 2224220108
Jaring makanan di ekosistem perairan
Judul 1. Use of food web knowledge in environmental conservation and management of living resources in the Baltic Sea
Jaring makanan merupakan entitas sentral yang memediasi proses-proses besar serta tekanan-tekanan dalam ekosistem laut, menyediakan hubungan fungsional antara individu dan populasi, fungsi dan ketahanan ekosistem, dan pada akhirnya, jasa ekosistem. Ada banyak contoh perubahan besar dalam jaring makanan laut secara global, yang berdampak besar pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem. Hal ini termasuk penangkapan ikan yang menyebabkan terjadinya aliran trofik yang berkontribusi terhadap hilangnya hutan rumput laut dan padang lamun yang diikuti oleh pergeseran ke jaringan makanan yang berbeda di Teluk Maine dan Teluk Moreton, Australia, serta kematian karang di Great Barrier Reef dan negara-negara berikutnya . peralihan rezim ke sistem yang didominasi alga (semuanya tercakup dalam Jackson et al ., 2001 ). Berbagai pengaruh manusia yang dikombinasikan dengan variabilitas dan perubahan iklim telah mengatur ulang jaring makanan di semua tingkat trofik di banyak lokasi di seluruh dunia, misalnya di Laut Baltik (Casini et al ., 2008 ; Möllmann et al ., 2008 ), Teluk Maine (Overholtz dan Link, 2009 ) dan Teluk Fundy, Kanada (Lotze dan Milewski, 2004 ), yang antara lain berdampak pada keanekaragaman hayati dan melimpahnya sumber daya berharga.
Mendekati Kami memfokuskan penilaian ini pada empat permasalahan lingkungan utama yang disebabkan oleh aktivitas manusia di Laut Baltik, yang juga umum terjadi di banyak ekosistem laut pesisir lainnya, yaitu:
- eutrofikasi,
- Kontaminasi bahan kimia,
- Eksploitasi sumber daya hayati, dan
- NIS
Tekanan utama manusia yang terkait dengan permasalahan ini, yaitu pengayaan nutrisi dan organik, masuknya kontaminan kimia, ekstraksi spesies secara selektif, dan masuknya NIS, telah diidentifikasi sebagai tekanan prioritas tinggi untuk Laut Baltik (ICES, 2019a ) . Tekanan-tekanan ini terjadi secara bersama-sama terhadap ekosistem, seringkali melalui proses yang dimediasi oleh jaring makanan, dan berinteraksi satu sama lain serta faktor pendorong lainnya, seperti perubahan iklim, dalam mempengaruhi status ekosistem dan penyediaan barang dan jasa.
peningkatan kejernihan air dan kondisi oksigen diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun (Meier et al ., 2012 ), bahkan jika upaya pengurangan lahan terus berlanjut dan mengikuti skema keseluruhan HELCOM BSAP.
Peran jaring makanan
Dampak peningkatan produksi primer akibat peningkatan masukan nutrisi menyebar ke seluruh ekosistem melalui proses jaring makanan. Secara khusus, peningkatan produktivitas biologis dapat meningkatkan biomassa pada tingkat trofik yang berbeda. Hal ini dapat mencakup dampak langsung pada tingkat trofik yang lebih tinggi, misalnya peningkatan zooplankton dan produksi ikan yang didorong oleh peningkatan ketersediaan makanan pada tingkat trofik yang lebih rendah. Namun, karena efeknya dimoderasi melalui interaksi jaring makanan, hal ini diperkirakan tidak akan menghasilkan stok yang tinggi di semua tingkat trofik. Faktanya, sangat sulit untuk menunjukkan perubahan biologis yang konsisten, misalnya pada fitoplankton, zooplankton, dan ikan planktivourous, yang diakibatkan oleh peningkatan ketersediaan nutrisi selama tahun 1950an-1980an. Proses jaring makanan sangat kompleks, misalnya peningkatan produksi plankton yang menyebabkan laju sedimentasi bahan organik lebih tinggi dan respirasi komunitas bakteri yang di satu sisi memicu jaring makanan mikroba mendaur ulang karbon organik terlarut ke dalam jaring makanan klasik dan di sisi lain meningkatkan konsumsi oksigen di lapisan perairan yang lebih dalam, sehingga menyebabkan wilayah kekurangan oksigen yang luas. Penipisan oksigen berdampak buruk pada fauna dasar dan kemampuannya untuk remineralisasi bahan biologis tersuspensi dan mempertahankan produksi pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Neuenfeldt et al ., 2020a ). Kekurangan oksigen juga berdampak negatif pada distribusi dan reproduksi organisme dengan tingkat trofik yang lebih tinggi, seperti ikan cod, melepaskan ikan planktivora dari tekanan pemangsaan dengan efek berjenjang terkait pada tingkat trofik yang lebih rendah.
Status eutrofikasi dievaluasi melalui penilaian berbasis indikator, yang mencakup nilai target untuk kejernihan air, konsentrasi nutrisi anorganik terlarut dan total organik terlarut di musim dingin, serta konsentrasi oksigen dan klorofil-a (McQuatters-Gollop et al., 2009). Selain itu, distribusi alami dan keberadaan tumbuhan dan hewan juga dipertimbangkan dalam penilaian. Oleh karena itu, tidak satu pun dari nilai target ini yang mencakup interaksi jaring makanan secara langsung. Namun pengetahuan jaring makanan relevan dalam penilaian eutrofikasi, karena membantu dalam pemilihan indikator dan menentukan ambang batasnya, meskipun nilai indikator tersebut didasarkan pada pengamatan dari pemantauan lingkungan, dan tidak memasukkan interaksi jaring makanan secara langsung.Komunitas dalam arti ekologi mengacu pada suatu kumpulan populasi yang terdiri dari species yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Dalam kenyataannya komunitas dapat memiliki ukuran berapapun, bahkan sekecil toples laboratorium berisi air yang mengandung bakteri, jamur dan protozoa (Ewuise,1990:5). Selanjutnya Michael (1994: 268) menjelaskan bahwa: Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut species atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik dan kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada perbedaan zona atau gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisika lingkungan.
Pemahaman proses jaring makanan merupakan prasyarat untuk dapat menjelaskan bagaimana perubahan produksi primer dan pertumbuhan alga mempengaruhi status eutrofikasi. Proses tersebut berhubungan dengan, misalnya, warisan unsur hara di darat dan di laut serta mekanisme umpan balik terkait yang mempengaruhi jangka waktu perbaikan status eutrofikasi dapat diharapkan (Conley dkk., 2002; Meier dkk., 2012; McCrackin dkk. ., 2018). Demikian pula, mengevaluasi potensi dampak tindakan penghilangan nutrisi biologis, seperti budidaya kerang (Petersen dkk., 2020), memerlukan pemahaman jaring makanan kuantitatif. ( Eero, et al., 2021 ).
Judul 2. Inventarisasi fitoplankton di perairan bendungan Beurayeun kecamatan leupung kabupaten aceh besar
Fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar klas yang berbeda. Fitoplankton bisa ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis (Nontji, 2002:126). Hal ini juga diperjelas lagi oleh Isnansetyo (1995: 13) menjelaskan bahwa: Fitoplankton dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena dengan adanya fitoplankton memungkinkan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya ada di muka bumi. Fitoplankton juga disebut plankton nabati, merupakan tumbuhan yang amat banyak ditemukan di semua perairan tapi sulit dilihat kehadirannya karena ukurannya yang mikroskopis.
Fitoplankton mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis, sehingga menjadi sumber makanan bagi crustacea (zooplankton) yang bersifat harbivora dan pada gilirannya kemudian dimakan oleh ikan – ikan dan larva ikan. Fitoplankton sangat penting sebagai produsen primer dengan kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan lain – lain ( Anonymous, 2011).Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan basah. Yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup bebas di air, terutama yang tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton (Tjitrosoepomo, 1989:30).
Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan dengan ph netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Nilai pH optimal untuk pertumbuhan plankton berkisar antara 7 sampai dengan 8,5. Kondisi perairan yang bersifat basa sesuai bagi kehidupan plankton dan sebaliknya bila kondisi perairan yang bersifat basa sesuai bagi kehidupan planton dan sebaliknya bila kondisi perairan bersifat asam akan membahayakan kelangsungkan hidup plankton karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolism dan respirasi (Hamidah, 2001).Fitoplankton dalam pertumbuahnnya membutuhkan banyak unsure hara makro dan mikro. Nitrat dan fosfat merupakan unsure hara nakro yang dibutuhkan oleh fitoplankton sebagai nutrient yang biasanya menjadi factor pembatas bagi pertumbuhan fitoplanton dan sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Nitrat dapat digunakan untuk menentukan kesuburan perairan sedangkan fosfor dapat digunakan secara efektif untuk pertumbuhan fitoplankton dalam bentuk anorganik yang terlarut (ortofosfat) (Jalaluddin, et al., 2014).
Judul 3. Komunitas Fitoplankton Perairan Pantai Utara, Timur, Dan Selatan Pulau Lombok
Potensi sumber daya alam hayati suatu kawasan atau eksosistem perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer plankton (zooplankton dan fitoplankton). Plankton adalah organisme yang hidup melayang pada ekosistem perairan dengan aktivitas gerakannya mengikuti arus atau aliran yang dalam rantai pakan (foodchain) termasuk kelompok yang paling rendah tingkatannya. Organisme plankton yang memiliki sifat seperti tumbuhan termasuk kelompok fitoplankton (phytoplankton) yang umumnya berperan sebagai produsen, yang memiliki sifat seperti binatang termasuk kelompok zooplankton yang berperan sebagai konsumen. Bahkan terdapat juga plankton yang memiliki kedua sifat tersebut, seperti Euglena yang memiliki chlorophyl (zat hijau daun), namun aktivitasnya seperti binatang didalam air.
Zooplankton adalah organisme konsumen pertama dan utama sangat bergantung pada fitoplankton sebagai produsen pertama pada ekosistem perairan. Arinardi (1978) menyimpulan walaupun jumlah fitoplankton sangat tinggi tetapi jumlah zooplankton bisa sangat rendah dan sebaliknya. Ini berarti, bahwa komunitas zooplankton dan fitoplankton dipernagruhi oleh banyak faktor, tidak hanya faktor biologi tetapi juga faktor kimia dan fisika perairan. Selanjutnya, fitoplankton sebagai organisme uniseluler air sangat peka dengan perubahan ekosistem perairan, yang tercermin dari kualitas airnya. Keberadaan komunitas fitoplankton juga merupakan kelompok organisme perairan yang paling banyak dilaporkan sebagai tolak ukur dalam mengontrol kualitas dan produktivitas suatu perairan.
Kemelimpahan fitoplankton di suatu perairan menggambarkan produktivitas primer ekosistem perairan tersebut. Fitoplankton sebagai komponen dasar jaring-jaring makanan ekosistem perairan merupakan sumber makanan utama organisme periaran terutama zooplankton yang kemudian dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil ini selanjutnya akan dimangsa oleh ikan-ikan yang lebih besar dan seterusnya sampai kepada predator lainnya, sehingga memungkinkan terjadinya aliran energi dan materi sampai ke jenjang profit yang lebih tinggi, bahkan sampai ke puncak profit, manusia. Bisa dibanyangkan, bahwa kehilangan fitoplankton sampai 5 % dapat menyebabkan menurunnya produksi ikan sampai 70.000 ton setiap tahun (Harder et al., 1995). Berkenaan dengan itu, dan managemen qualitas air merupakan kebijakan penting untuk aspek lingkungan dan sumber alam (Hall dan Smol, 1999), yang memerlukan perhatian secara khusus agar dapat menentukan kebijakan pengelolaan yang optimal untuk kesejahteraan dengan prinsip berkelanjutan dan ramah lingkungan (Japa & Khairuddin, 2014).
Daftar Pustaka
Eero, M., J. Dierking., C. Humborg., dkk. (2021). Use of food web knowledge in environmental conservation and management of living resources in the Baltic Sea. ICES Journal of Marine Science. 78(8), 2645–2663.
Jalaluddin., N. Akmal., & Azwir. (2014). Inventarisasi fitoplankton di perairan bendungan Beurayeun kecamatan leupung kabupaten aceh besar. Serambi Saintia. 2 (2), 119-124.
Japa, L., & Khairuddin. (2014). Komunitas Fitoplankton Perairan Pantai Utara, Timur, Dan Selatan Pulau Lombok. Jurnal Biologi Tropis. 14 (2), 100-107.