Nama : Siti Almiah Fathimatuzzahra
NIM : 2224220024
Kelas : 3C
1. Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala
Situ Cilala merupakan salah satu danau buatan yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Akhir-akhir ini Situ Cilala mulai dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya ikan hias dengan jaring apung. Hal yang menjadi permasalahan di Situ Cilala adalah kemungkinan ekspansi jaring apung dan adanya kelalaian atau ketidaktepatan dalam pemberian pakan. Hal ini akan berisiko pada akumulasi bahan organik yang dapat memicu penyuburan perairan. Akibatnya, fitoplankton akan tumbuh dengan pesat (blooming) yang memungkinkan perairan menjadi toksik (fitoplankton beracun, terutama dari kelompok Cyanophyceae) dan kondisi hypoxia (oksigen rendah) atau bahkan anoksik (tanpa oksigen). Berdasarkan kondisi tersebut perlu diketahui aspek ekologis (morfologi, parameter fisika-kimia perairan, struktur komunitas biota, serta status trofik) Situ Cilala sebagai acuan penentuan daya dukung untuk pengembangan kegiatan jaring apung ikan hias dan ikan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek ekologi (limnologi, kompleksitas struktur komunitas, status trofik) serta daya dukung sebagai dasar pengelolaan yang komprehensif pada perairan Situ Cilala.
Jejaring makanan (food web) perairan Situ Cilala dibuat dengan menetapkan tingkat trofik (trophic level) dari masing-masing jenis biota atau kelompok biota (fitoplankton, zooplankton, perifiton, kelompok bentos, tumbuhan air, serta ikan). Penentuan trophic level didasarkan pada kebiasaan makanan ikan (Index of Preponderance). Setelah diamati, Keanekaragaman biota yang dimiliki Situ Cilala terdiri dari berbagai spesies fitoplankton dan zooplankton, 8 jenis bentos, 5 jenis tumbuhan air, dan 12 jenis ikan yang mencakup planktivora, herbivora, dan karnivora. Biota-biota tersebut membentuk jejaring makanan, baik melalui grazing food chain atau pun detritus food chain. Diketahui bahwa jika semua parameter biologi yang teramati dihubungkan, maka dapat dibentuk jaring makanan yang terdapat di Situ Cilala. Jaring makanan yang terbentuk merupakan jejaring yang kompleks, tersusun dari detritus food chain (berbasis bahan organik) dan grazing food chain (berbasis fitoplankton dan tumbuhan air).
sumber:
2. Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk Biota Laut
Hutan mangrove merupakan salah satu hutan yang tumbuh di muara sungai atau pesisir pantai. Pantai yang datar biasanya dapat ditumbuhi oleh mangrove. Sifat kompleks merupakan sifat yang dimiliki oleh hutan mangrove. Hal tersebut dikarenakan di Kawasan hutan mangrove dapat ditumbuhi berbagai macam vegetasi dan juga satwa darat maupun satwa laut. Contoh dari organisme laut yang menempati ekosistem hutan mangrove adalah crustacea dan molusca. Gastropoda merupakan contoh dari molusca, sedangkan brachyura merupakan contoh dari crustacea. Ada berbagai contoh hewan yang menempati hutan mangrove, contohnya adalah Labnanium politum, Epixanthus dentatus, Portunus pelagicus, S. olivacea, Scylla serrate, Ostrea cucullate, Coaxans polymesoda, Anadara kuno, Telescopium Telescopium, Terebralia palustris. Ada berbagai macam biota laut yang menempati hutan mangrove, contohnya adalah ikan sirip dan zooplankton. Peneliitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kajian pustaka.
Substrat lunak di mangrove membentuk habitat berbagai spesies infaunal dan epifaunal, sedangkan ruang antara akar menyediakan tempat berlindung dan makanan bagi fauna motil seperti udang, kepiting dan ikan. Serasah mangrove berubah menjadi detritus, yang sebagian mendukung jaring-jaring makanan mangrove. Di bawah air, akar mangrove ditumbuhi oleh epibion seperti tunicates, sponge, alga, dan bivalvia. Substrat lunak di mangrove membentuk habitat berbagai spesies infaunal dan epifaunal, sedangkan ruang antara akar menyediakan tempat berlindung dan makanan bagi fauna motil seperti udang, kepiting dan ikan. Serasah mangrove berubah menjadi detritus, yang sebagian mendukung jaring-jaring makanan mangrove. Plankton, alga epifit, dan mikrofitobentos juga merupakan dasar penting bagi jaring jaring makanan mangrove. Karena kelimpahan makanan dan tempat tinggal yang tinggi, dan tekanan predasi yang rendah, mangrove membentuk habitat yang ideal untuk berbagai spesies hewan, selama sebagian atau seluruh siklus hidupnya. Jadi terbentuklah suatu jaring makanan di ekosistem mangrove karena didalam ekosistem ini terdapat organisme organisme yang hidup didalamnya mulai dari organisme paling bawah pada jaring makanan hingga yang teratas.
3. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan Selat Bali
Fitoplankton mempunyai peran sangat penting dalam suatu perairan, selain berada pada dasar rantai makanan, sedangkan zooplankton merupakan herbivor pemangsanya. Mengingat pentingnya plankton sebagai pangkal mata rantai makanan maka penelitian ini menghubungkan kelimpahan dan keragaman plankton sebagai respon terhadap musim dengan beberapa parameter hidrologi. Sampel plankton (fitoplankton dan zooplankton) diambil menggunakan jaring plankton Kitahra (plankton net) dengan mesh size 20 µm. Pengambilan sampel plankton pada kedalaman 20 m (dilakukan secara vertikal) dan pada permukaan perairan 1-5 m (dilakukan secara horisontal).
Zooplankton adalah konsumen tingkat awal pada jaring-jaring makanan (food web). Kelimpahan zooplankton pada perairan akan diikuti dengan melimpahnya berbagai ikan kecil dan disusul ikan-ikan besar sehingga akhirnya membentuk suatu daerah penangkapan atau fishing ground. Dengan begitu kelimpahan plankton pada suatu ekosistem dapat mempengaruhi rantai dan juga jaring makanan. Karena plankton merupakan organisme paling bawah yang nantinya akan menjadi mangsa bagi organisme yang ada diatas seperti ikan dan begitupun ikan yang akan menjadi mangsa bagi organisme yang berada diatasnya dan siklus ini pun terus berputar.
Kesimpulan:
Jaring makanan adalah rantai makanan yang lebih kompleks. Dengan adanya keanekaragaman organisme pada suatu perairan dapat mempengaruhi jaring makanan yang ada. Keadaan ekosistem juga mempengaruhi bagaimana kondisi suatu jaring makanan di tempat tersebut. Jaring makanan yang kompleks adalah jaring makanan yang tersusun dari detritus food chain dan grazing food chain.
Daftar Pustaka
Halimatusa’diyah1, E., Tika, S, R., Ananda, R, P., Suwanda, N, A., Suhendra, A., Julpia, I., Tanjung,
M, S., Pohan, C, Q, S., Hulu, S., Fatmaya, P.,& Hujaibah, P. (2022). PEMANFAATAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE SEBAGAI HABITAT UNTUK BIOTA LAUT. JURNAL BIOSENSE. 5 (2), 131-143
Mardiyana & Kristiningsih, A. (2020). Dampak Pencemaran Mikroplastik di Ekosistem Laut terhadap Zooplankton : Review. Jurnal Pengendalian Pencemaran Lingkungan. 2 (1), 29-36
Pratiwi, N, T, M., Hariyadi, S., Ayu, I, P., Iswantari, A., Novita, M, Z.,& Apriadi, T. (2015). Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala. Jurnal Biologi Indonesia. 11 (2), 267-274